Judul : Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Melalui Media Kalender Bagi Anak Kesulitan BelajarOleh : Maizal Padri, Zulmiyetri dan Irdamurni
Abstract
The
research was motivated by the problems of children learning disabilities (x)
which is difficult to solve the sum. the children have difficulty in working on
the summation of the results to 20, Researchers wanted to be the sum capacity
can be increased by using the media calendar. The hypothesis in this study, can
improve the ability of the media calendar summation for children learning
difficulties. This research uses experimental approach in the form of Single
Subject Research (SSR) with ABA design. As the subject of this study is
children learning disabilities (x) class I in SD Negeri 15 Anduring Padang.
From the research shows that the ability to sum up the results of learning disabillities for children 20 X increases. At
baseline conditions before the intervention is given (A1) children are able to
solve problems with the acquisition sum percentage of correct answers between
30% - 45%, after a given intervention (B) by using the media calendar
percentage of correct answers increased to 40% - 80%. In the baseline condition
(A2) is where the children are no longer given the longer intervention children
gain percentage correct answers ranged 70% -80%. Thus previously proposed
hypothesis can be accepted. It means the calendar media can improve learning
difficulties summation.
Kata kunci: Anak Kesulitan Belajar; Kemampuan
Penjumlahan; Media Kalender
PENDAHULUAN
Pendidikan
pada hakekatnya suatu usaha yang secara
sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh
pendidik terhadap anak didik sehingga timbul interaksi dari keduanya agar
peserta didik tersebutmencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung
terus menerus.
Dalam
dunia pendidikan terdapat berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang
dipelajari, salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan salah satu
ilmu dasar yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia kehidupan,
karena matematika dalam dunia pendidikan bersifat rasional dan eksak sehingga mendukung perkembangan ilmu lainnya.
Hampir disetiap bidang pendidikan memerlukan matematika sebagai alat pemecahan
masalah.
Abdurrahman
(2009:252) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan
informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang
paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat
dan menggunakan hubungan. Pembelajaran matematika tidak hanya diberikan kepada
anak normal saja tapi pembelajaran matematika juga harus diberikan kepada anak
yang mengalami kebutuhan khusus, karena berperan pentingdalam kehidupan anak
nantinya.
Pada
saat sekarang ini sering ditemukan anak yang mengalami kesulitan pada
pembelajaran matematika. Hal tersebut mungkin disebabkan karena mengalami
kesulitan dalam belajar. Marlina (2009: 16) mengemukakan anak kesulitan belajar
merupakan anak yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika bukanlah anak
yang mempunyai tingkat intelegensi dibawah rata rata, melainkan mereka
mempunyai taraf intelegensi yang normal atau bahkan memiliki tingkat
intelegensi yang superior, tetapi anak tersebut mengalami kesulitan dalam satu
atau beberapa bidang tertentu, tetapi dalam bidang-bidang lain anak dapat
unggul. Anak yang mengalami kesulitan
belajar matematika disebut diskalkulia.
Mengenalkan
matematika pada anak tidak harus dengan menyodorkan buku latihan. Di sisi lain,
banyak pula jenis media yang telah tersedia di lingkungan sekitar kita yang
langsung dapat kita gunakan untuk keperluan pembelajaran, yang diperlukan
adalah kemauan, kejelian dan kreatifitas kita dalam memilih dan mendayagunakan
potensi berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekeliling kita.
Berdasarkan
studi pendahuluan di SD Negeri 15 Anduring Padang, peneliti menemukan
permasalahan pada anak kesulitan belajar
kelas I beridentitas X. Anak tersebut pernah tinggal kelas. Anak
mengalami kesulitan dalam belajar matematika khususnya yang berkenaan dengan
konsep penjumlahan.Hal ini dibuktikan disaat guru memberikan latihan tentang
operasi penjumlahan di kelas I dengan 35 orang siswa. Semua siswa tersebut seharusnya
mereka sudah bisa melakukan penjumlahan ke samping dengan hasil sampai 20, dan
diantara 35 orang anak tersebut ada satu anak yang belum bisa melakukan
penjumlahan ke samping dengan hasil sampai 20.
Dari kondisi tersebut diperoleh gambaran bahwa anak yang satu tersebut
belum mampu menyelesaikan soal penjumlahan ke samping.
Pada
kondisi sebelumnya anak sudah mengenal konsep
bilangan, angka, tanda tambah dan sudah mampu membilang urut sampai
dengan20 dan menjumlah bilangan dengan hasil sampai 10 tetapi, anak masih sulit
mengerjakan soal penjumlahan dengan hasil sampai dua puluh. Sesuai dengan
kurikulum KTSP 2008 kelas I dengan standar kompetensi “Melakukan penjumlahan
dan pengurangan bilangan sampai dua
angka dalam pemecahan masalah” ternyata satu orang anak masih belum mampu
menyelesaikan soal penjumlahan bilangan dua angka yang hasilnya sampai 20.
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru, diperoleh hasil
bahwa kemampuan anak dalam menyelesaikan soal–soal penjumlahan memang rendah, anak sangat lambat dalam menyelesaikan soal
penjumlahan tersebut.
Berdasarkan
hasil tes yang dilakukan dengan memberikan 10 butir soal penjumlahan kesamping,
dan adapun hasil jawaban dari antara lain sebagai berikut: (1) 10+2=12, (2)
12+4=13, (3) 13+5=14, (4) 5+11=12, (5)8+10=11, (6) 3+14=13, (7) 12+3=14, (8)
15+2=16, (9) 7+11=8, (10) 2+17=12. Dari 10 butir soal yang di berikan hanya
satu soal yang bisa dijawab anak dengan benar, sedangkan untuk soal yang
lainnya masih salah. Dari hasil tes tersebut jelaslah bahwakemampuan awal anak
dalam menyelesaikan soal penjumlahan hanya 10%, kondisi tersebut sudah
dilakukan dua kali dalam item soal yang sama ternyata hasilnya masih seperti itu.
Hasil
observasi selama pembelajaran matematika, anak selama ini menggunakan media
lidi dan jari dalam menyelesaikan soal penjumlahan tetapi belum dapat mencapai
hasil yang memuaskan, jawaban dari soal penjumlahanyang dikerjakan masih banyak
yang salah. Melihat permasalahan diatas, peneliti mencoba menggunakan media
yang lain untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan dengan hasil sampai 20 bagi
anak berkesulitan belajar. Menurut Arsyad (1997:38) mengemukakan media sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi, sehingga penerima informasi dapat memahami informasi yang
disampaikan. Adapun media lain yang diberikan kepada anak dalam menyelesaikan
soal penjumlahan adalah media kalender. Media kalender merupakan salah satu alat
yang sifatnya kongkrit dan taktual yaitu dapat dilihat dan diraba. Sehingga
media itu bisa membantu anak untuk memahami penjumlahan. Menurut Puspitarini
(2011: 79) kalender bisa digunakan untuk media permainan matematika misalnya,
permainan untuk mengenal angka bagi kelas 1. Selain untuk melatih mengenal
bilangan 1-31, kalender juga dapat digunakan untuk mengenalkan konsep sederhana
lainnya seperti nilai tempat, penjumlahan, pengurangan dan perbandingan
sederhana.
Berdasarkan latar belakang masalah maka
peneliti mengidentifikasi masalah tersebut sebagai berikut : 1. Anak tidak
mampu menyelesaikansoal penjumlahan kesamping dengan hasil sampai 20, anak
sering salah dalam menghitung menggunakan lidi, sedangkan guru meminta anak
untuk menghitung lidi, media pembelajaran yang di berikan kepada anak kurang
bervariasi, media kalender belum digunakan guru SD Negeri 15 Anduring Padang.
Agar penelitian ini terarah dan efektif maka
peneliti membatasi masalah ini Meningkatkan kemampuan penjumlahan kesamping
dengan hasil sampai 20 melalui media kalender bagi anak kesulitan belajar kelas
1 di SD Negeri 15 Anduring Padang
Berdasarkan
permasalahan yang telah di paparkan dalam latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan ini yaitu: “Apakah media kalender dapat meningkatkan
kemampuan penjumlahan bagi anak kesulitan belajar kelas 1 SD Negeri 15 Anduring
Padang?”
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah media kalender dapat
meningkatkan kemampuan penjumlahan bagi
anak kesulitan belajar kelas 1 SD Negeri 15 Anduring Padang.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen dalam
bentuk Single Subject Research(SSR)
menggunakan desain A-B-A. Desain A–B–A merupakan pengembangan dari desain A–B.
Desain A–B–A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel
terikat dengan variabel bebas. . Dalam penelitian ini, yang menjadi fase (A1)
atau baseline yaitu; kemampuan awal anak kesulitan belajar X dalam kemampuan
menyelesaikan soal soal penjumlahan sebelum menggunakan media kalender.
Sedangkan yang menjadi B atau kondisi
intervensi kemampuan anak menyelesaikan soal penjumlahan dengan menggunakan
media kalender setelah diberi perlakuan yang berkelanjutan. Dan fase (A2) atau baselinenya adalah kemampuan anak
menyelesaikan soal penjumlahan bilangan tanpa diberi perlakuan sama sekali.
Hasil
penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis visual data grafik
(Visual Analisis of Grafic Data) yaitu terdiri dari analisis dalam kondisi yang
mempunyai komponen panjang kondisi, kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas dan
rentang, dan tingkat perubahan juga analisis antar kondisi yang komponennya adalah jumlah
variabel yang berubah, perubahan kecenderungan arah, level perubahan dan
persentase stabilitas.
Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek adalah anak kesulitan belajar kelas 1 yang
berjumlah satu orang, di SD Negeri 15 Anduring Padang yang beridentitas X,
jenis kelamin laki-laki. Secara fisik anak tersebut tidak ada menyandang
kelainan.
Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah mengumpulkan
data melalui tes untuk mengetahui kemampuan anak menyelesaikan soal penjumlahan
bilangan dengan hasil sampai 20. Sebelum diberikan intervensi, saat diberikan
intervensi dan setelah intervensi dilaksanakan.
Data
di kumpulkan langsung oleh peneliti melalui kegiatan observasi langsung melalui
tes tertulis. Anak disuruh menyelesaikan soal penjumlahan yang diberikan
kepadanya. Kemudian anak menjawab soal yang telah disediakan. Kemudian peneliti
melakukan penilaian dengan menceklis jawaban yang benar dari setiap soal yang
di jawab anak dengan tepat.
Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah instrument penilaian dalam bentuk
soal-soal yang akan dikerjakan oleh anak. Adapun soal soal yang diberikan
kepada anak adalah sebanyak 20 butir soal.
Teknik
Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Analisis Dalam Kondisi,
yang mencakup didalamnya adalah: Panjang Kondisi, Kecenderungan Arah,
Menentukan Tingkat Stabilitas, Menentukan Jejak Data, Menentukan Tingkat
Perubahan, Menentukan Rentang. (2) Analisis Antar Kondisi yang didalamnya
mencakup Variabel yang di ubah,
Perubahan Kecenderungan Arah, Perubahan Kecenderungan Stabilitas, Menentukan
Level Perubahan, Menentukan Persentase Overlap.
Untuk
memulai menganalisa perubahan data antar kondisi, data yang stabil harus
mendahului kondisi yang akan dianalisa. Karena jika data bervariasi (tidak
stabil) maka akan mengalami kesulitan untuk menginterprestasikannya. Disamping aspek stabilitas ada tidaknya
pengaruh intervensi terhadap variabel terikat, juga tergantung pada aspek perubahan
level dan besar kecilnya Overlap yang terjadi antara dua kondisi yang
dianalisa.
Adapun
hipotesis diterima apabila hasil analisis data dalam kondisi dan antar kondisi
memiliki estimasi kecenderungan stabilitas, jejak data dan perubahan level yang
meningkat secara positif dan overlap data pada analisis antar kondisi semakin
kecil dan pada kondisi lain hipotesis ditolak.
Lanjutkan membaca halaman selanjutnya pada tautan ini | Hasil Penelitan, Pembahasan dan Kesimpulan
Post a Comment
Post a Comment